Hay kakak-kakak gaul Indonesiaaaah, ea asikkkk wkwk. Gue mau ngepost
cerpen nih, udah lama dan pernah dipost di facebook sih tapi daripada
mubazir yakan? Hope you like it guys~
Gimana-gimana? Sorry if this post makes you boring. Maaf juga kalo gaksuka tokoh-tokohnya ya, ini cuma cerpen okay cu-ma cer-pen. See you!^^
Malam itu, terlihat seorang cewe sedang duduk termenung di
depan teras rumahnya, beratapkan langit yg penuh bintang saat itu. Tampaknya,
dia sedang mendengarkan melodi yg teralun indah melalui handphone.nya.
Ku suka
dirinya mungkin aku sayang,
Namun
apakah mungkin kau menjadi milikku,
Kau
pernah menjadi menjadi miliknya,
Namun
salahkah aku bila kupendam rasa ini
Sepenggal lirik
lagu yg sedang didengarkannya terhenti ketika seseorang menghampirinya,
“punten mbak” sapa orang tersebut
“eh elo Vin, ngapain kesini?” tanya gadis itu setelah menoleh
ke arah cowo yg telah duduk disampingnya
“nyari udara malem aja, ngehehe. Tumben kagak belajar?” tanya
cowo itu lagi
“udah kok tadi, elo sendiri?” jawab+tanya cewe tersebut sambil
melingkarkan tangannya mengelilingi kakinya yg ia tekuk (?)
“udah juga” jawabnya
Selama beberapa
saat mereka terdiam, tak ada kata-kata yg terlontar dari mulut mereka. Mereka
hanya memandang langit malam yg bertabur bintang saat itu.
“umm, Vi gue mau ngomong nih” kata cowo itu kemudian, memecah
keheningan diantara mereka
“apa?” jawab cewe itu yg masih memandang ke atas
“gue mau minta bantuan elo nih Vi” ucap cowo tersebut, dia
menarik nafas dan “tolong bantu gue ngedeketin Shilla, dia sahabat elo kan?”
tanya cowo yg bernama Alvin itu
DEG! “elo naksir dia?” tanya cewe yg memiliki nama Sivia
tersebut
“ya” jawab Alvin singkat
Sivia diam, dia
belum menjawab dan rasanya iya tak ingin menjawab perkataan Alvin barusan. Ada
perasaan yg membuat hatinya bergemuruh, rasa yg jarang ia rasakan, rasa yg
selama ini dipendam olehnya.
“gue mau bantu kok” Sivia mengangguk kecil setelah terdiam
beberapa saat
“waaa thanks banget Vi, elo sahabat terbaik gue. Makasih ya”
kata Alvin kemudian, Sivia hanya tersenyum menanggapinya, meski sebenarnya
hatinya menangis
#flashback
off
“Apin jahat, masa aku ditinggal sendilian” rengek seorang anak
perempuan manis yg mengenakan seragam Taman Kanak-kanak, yg tak lain adalah
Sivia. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki yg berseragam sama dengan-nya
pun menghampiri Sivia kecil seraya mengelap keringat yg mengucur di pelipisnya.
“maap Pia, Apin tadi beli ini” kata Alvin kecil polos sambil
mengambil benda kecil berwarna ungu dari ranselnya.
“itu buat siapa Pin? Bagus banget” tanya gadis kecil itu
sambil melihat dengan tatapan takjub ke benda ungu itu, dan benda itu adalah
sebuah pita mungil bertuliskan ‘with love’ sangat manis.
“ini buat Pia dari Apin” kata Alvin kecil, kemudian memakaikan
pita itu di rambut panjang Sivia kecil yg terurai.
“makasih Apin, Pia suka” kata Sivia kecil sambil berjingkrak
kegirangan, dan itu menimbulkan pipinya yg chubby itu bergetar. Lalu karena
gemas melihatnya, Alvin tertawa sambil menarik hidung Sivia kecil.
“ayo pulang” kata Alvin seraya menggandeng tangan mungil
Sivia, mereka berjalan beriringan dan mulai menjauh dari sekolah mereka yg
mulai sepi.
“Apin, Pia duluan ya” pamit Sivia kecil pada Alvin setelah
sampai di perempatan gang komplek perumahannya, perumahan Nosztaholic.
“iya, Pia hati-hati ya” kata Alvin melontarkan senyumnya dan otomatis
mata kecilnya bertambah sipit.
“iya Pin, dadah” kata Sivia kecil melambaikan tangannya sambil
menyebrang jalan yg berada di hadapannya
“Piaaa, awaaas!” teriak Alvin kecil sambil mendorong tubuh
kecil Sivia hingga terlempar jauh.
* * *
Sivia terbaring
lemah di atas ranjang, tangannya di infus, mukanya pucat, kepalanya diperban.
Mama dan Papanya yg sedari tadi berada di sisinya terlihat sangat khawatir,
karena anak semata wayangnya itu belum juga membuka matanya. Tak berapa lama,
“Pia dimana? Papa, Mama” tanya Sivia kecil saat ia membuka
matanya pelan dan mendapati dirinya terbaring di sebuah tempat yg tidak dia
ketahui
“kamu di Rumah Sakit sayang, jangan banyak bicara dulu yah”
kata Mama Sivia seraya mengelus kepala anaknya dengan lembut
“ma, Apin dimana?” raut wajahnya berubah seketika setelah
teringat sahabat baiknya itu
Tiba-tiba
seseorang masuk, tidak! Bukan seseorang, melainkan 2 orang. Seorang wanita
paruh baya dan seorang gadis kecil yg berpakaian seragam Taman Kanak-kanak
seperti yg dikenakan Sivia maupun Alvin.
“nak Alvin di ruang UGD, dia nggak pa-pa cantik. Kata dokter,
kepalanya terbentur cukup keras dan kemungkinan nak Alvin mengalami, amnesia”
jelas wanita itu, yg tak lain adalah Mama Shilla. Gadis kecil yg ikut masuk
bersamanya.
Mendengar
penjelasan itu, Sivia tampak ingin menangis, matanya mulai berkaca-kaca.
“Apin nggak kenapa-kenapa kan Ma? Pia takut Apin mati” ucapnya
yg kemudian diikuti pelukan hangat oleh Mamanya
“Alvin nggak pa-pa Via, nanti juga sadar” ucap Mama Sivia menenangkan
* * *
“Apin, ayo bangun. Kita main lagi ya? Jangan tidulan telus”
ucap Sivia polos sambil menggerakan tangan Alvin yg masih terbaring lemah. Mama
Sivia yg melihat itu hanya tersenyum menahan haru.
“mama Apin kok melem telus sih?” tanya Sivia kecil polos
“sebentar lagi dia bangun sayang” tanya mama Sivia seraya
tersenyum
“telus, Oma Lani kok ndak kesini juga ya? Kan kasian Apin”
katanya lagi yg kemudian memandangi Alvin yg belum juga membuka matanya
“Oma Lani lagi ditelfon papa kamu, sebentar lagi dia kesini
kok” jawab mama Sivia sambil melihat keluar jendela, menunggu kedatangan
suaminya dan Oma Lani. Tiba-tiba seseorang membuka pintu rawat ruangan Alvin,
dan masuk.
“halo mama Via, halo cantik” sapa seseorang itu setelah masuk
bersama anak kecil yg membawa satu buket bunga
“halo mama Shilla” jawab mama Via “halo tante” jawab Sivia yg
belum juga mengalihkan pandangannya dari anak kecil berwajah oriental, yg
memiliki nama lengkap Alvin Jonathan Sindunatha itu.
“itukan pita punya Pia” batin Sivia setelah melihat sesuatu
berwarna ungu yg dikenakan di rambut Shilla
“Apin, ini buat kamu” kata Shilla sambil menaruh buket bunga
di samping Alvin yg masih terlelap
Terlihat Sivia sedang meringis sambil memegang perutnya, entah
apa yg sedang dirasakannya. Melihat gelagat aneh dari sang anak, mama-nya pun
bertanya sambil berjongkok di hadapan Sivia
“kamu kenapa sayang?” tanya mama Via lembut
“umm, Pia mau pipis ma” mama Via tertawa, begitupun mama
Shilla yg melihat adegan itu
“yaudah kamu ke toliet aja dulu cantik” kata mama Shilla pada
Sivia, lalu Sivia berlari kecil menuju toilet yg berada di dalam ruang rawat
Alvin, sesampainya dia di depan pintu toilet, lalu dia menoleh lagi,
“kalo Apin bangun, Pia tolong dipanggil ya” katanya kemudian,
lalu mama Via memberi kode yg menandakan dia akan memanggil putrinya jika Alvin
sadar nanti. Tak lama setelah itu, tangan Alvin bergerak, Shilla yg duduk
disebelahnya menarik baju mamanya
“ma, Apin sadar Apin sadar” katanya, kemudian Alvin membuka
matanya perlahan. Dia mendapati seorang gadis kecil yg manis berada di
hadapannya. Dan dia mengenakan pita ungu pemberiannya. Alvin tersenyum melihat
itu.
Tak lama Sivia keluar dari toilet dan melihat Alvin telah
sadar langsung menghampiri Alvin,
“Apin udah bangun? Yee” katanya kegirangan, sementara Alvin
memandangnya dengan tatapan heran.
“ini siapa?” pertanyaan Alvin membuat Sivia terdiam, melihat
itu, mama Sivia menenangkan anaknya sambil mengelus halus rambut panjang Sivia.
“Apin udah sadar, main yuk sama Pia” kata Sivia kemudian
sambil menggandeng tangan Alvin bermaksud mengajaknya bermain, namun Alvin
menepis tangan Sivia dan berkata,
“aku ndak kenal sama dia” katanya sambil menunjuk Sivia, dan
itu membuat Sivia berlari keluar ruangan Alvin, tak kuasa membendung air
matanya. Mama Sivia mengejarnya dan menenangkannya, tak lupa ia menjelaskan
bahwa Alvin mengalami amnesia.
Beberapa
hari kemudian,
Alvin telah keluar dari Rumah Sakit, dan kini dia mulai
berangkat ke sekolahnya. Pagi itu,
“Apin, udah nggak sakit lagi kan?” kata Sivia ceria seperti
biasanya, Alvin masih saja diam dan menatap gadis kecil di depannya. Tetapi
kemudian,
“Apin, ayo berangkat” kata gadis kecil berkucir 2 sambil
menghampiri Alvin
“ayo Cilla” jawab Alvin seraya menggandeng tangan Shilla dan
meninggalkan Sivia yg menatapnya sedih.
#flashback
off
“umm, yaudah ya gue balik. Udah malem besok sekolah, bye Via”
kata Alvin seraya beranjak pergi. Sejak saat itu, Sivia mulai mendekatkan
antara Shilla dengan Alvin.
* * *
Suatu pagi di kelas 9A SMP Tunas Harapan, tampak dua orang
gadis sedang duduk berdampingan menunggu guru yg akan mengajarnya datang. Sivia
dan Ify, Ify memang sahabat Sivia sejak kecil, selain Alvin. ify tau segalanya
tentang Sivia, karena Sivia selalu menceritakannya kepada Ify.
“YaTuhan, elo yakin Vi elo kuat?” tanya Ify prihatin menatap
sahabatnya, setelah mendengar penjelasan Sivia mengenai hal semalam
“gue pengen Alvin bahagia, sama orang yg dia sayang” kata
Sivia kemudian
“tapi itu bukan elo Vi” Ify tampak sangat tidak terima dengan
perlakuan Alvin terhadap Sivia
“udahlah Fy, gue rela kok Alvin bahagia sama orang yg dia
sayang, meski itu bukan gue. Alvin bahagia, gue juga pasti bahagia” jelas Sivia
kemudian sambil menitikan satu air mata yg jatuh dari matanya yg kecil itu
“aaa Via, elo yg sabar yah gue nggak tega ngeliatnya” kata Ify
seraya memeluk sahabatnya itu, yg kemudian menangis dalam pelukannya. Bel tanda
mulai pelajaran berbunyi, Bu Rani, guru Seni Budaya SMP Tunas Bangsa memasuki
kelas 9A.
“selamat pagi anak-anak” sapanya ramah sambil menebar senyum ke
sekeliling kelas
“pagi buu” jawab murid-murid bersamaan
“baik, kalian sudah mempersiapkan bukan dari rumah? Tugas yg
minggu lalu Ibu berikan?” tanyanya sambil duduk di kursi guru
Setelah murid-murid menjawab sudah, anak-anak pun mulai
berlatih lagu yg akan dibawakannya nanti.
“eh lo nyanyi apa Vi?” tanya Ify di tengah-tengah latiannya
“liat aja nanti, elo Fy?” jawab+tanya Sivia
“dih elo mah gitu” Ify memanyunkan bibirnya lalu berkata, ”kalo
gue mau nyanyi lagunya Lyla, yg Jantung Hatiku” kata Ify sambil senyum-senyum
nggak jelas (?)
“cieeh, buat Rio kan tuh? Wakswaks” Sivia menggoda Ify lalu
Ify hanya nyengir
“baik untuk penampilan pembuka ini, Ibu akan menunjuk satu
anak untuk maju ke depan. Dan tolong bawakan dengan serius” kata Bu Rani,
kemudian ia melihat ke kalender yg tergantung di tembok “karena sekarang
tanggal 21, absen 21 maju terlebih dulu” katanya
“hah? Gue?” kata Sivia sambil menunjuk dirinya sendiri
“Sivia Azizah, silakan maju ke depan” kata Bu Rani
mempersilakan
Sivia maju ke depan sambil membawa sebuah gitar dan duduk di
bangku yg telah di sediakan,
“terimakasih bu” kata Sivia tersenyum manis ke arah Bu Rani
“sama-sama, silakan Via”
Sivia mulai memetik senar gitar satu demi satu, yg
menghasilkan sebuah alunan musik yg membuat siapapun yg mendengarnya akan
takjub melihatnya. Setelah Sivia menyanyikan bagian awalnya, kini tinggal
bagian reff.nya, sebelum itu dia mendapati Alvin sedang tersenyum ke arahnya
dan Sivia membalas itu.
“aku tak mudah untuk mencintai, aku tak mudah mengaku ku
cinta, aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta. Senandungku hanya untuk cinta,
tiratatku hanya untuk engkau, tiada dusta, sumpah ku cinta sampai ku menutup
mata. Cintaku sampai ku menutup mata” Sivia berhenti memetik gitarnya, diapun
mengakhiri lagu tersebut. Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruang kelas 9A,
“terimakasih” kata Sivia sambil menebar senyum ke sekeliling kelas
“bagus sekali Via, kamu begitu menghayati lagu itu” komentar
Bu Rani kemudian. Sivia hanya tersenyum.
“silakan kembali duduk” perintah Bu Rani, Sivia menurutinya.
“penampilan berikutnya, dari absen pertama. Alvin Jonathan Sindunatha, silakan
maju ke depan” kata Bu Rani lagi. Alvin maju ke depan sambil membawa gitar yg
dibawanya dari rumah, Alvin pun menyanyikan sebuah lagu berjudul Kamu (Coboy Junior).
Sepanjang penampilannya, Alvin terus tersenyum ke arah Shilla. Dan itu sangat
menyakitkan untuk Sivia.
* * *
Pulang sekolah, Sivia menghampiri Shilla.
“Shill, elo dicari Alvin tuh” katanya sambil berusaha senyum
“ngapain? Dia dimana Vi?”
“di taman belakang sekolah, ayo ikut gue” Sivia menarik Shilla
ke taman belakang SMP Tunas Bangsa
@Taman Belakang Sekolah
Rupanya, disana Alvin tidak sendiri, dia bersama seorang cowo
yg tidak asing bagi Sivia maupun Shilla, Cakka.
“Shill” panggil Alvin lirih
“ya?” jawab Shilla dengan hati berdebar, Sivia terus saja
tersenyum menyaksikannya. Cakka yg melihat itu, kemudian berbisik ke Via
“gue tau gimana perasaan lo, lo cewe yg tegar Vi. lo pasti
kuat” katanya, Sivia menoleh sedikit terkejut dan berkata
“pasti” katanya sambil tersenyum
Saat Alvin mulai menyatakan perasaannya ke Shilla, Sivia
merasakan dadanya sangat sesak, matanya memanas. Cakka yg melihat itu kemudian
memberikan sesuatu di tangan Sivia,
“thanks Kka” kata Sivia sambil mengenakan tissue itu mengelap pipinya,
kemudian Cakka tersenyum. Setelah Sivia selesai menggunakan tissue itu, dia
terkejut melihat bercak merah berada di tissue putih itu.
“Kka, gue balik dulu yah. Tolong pamitin ke Alvin sama Shilla”
kata Sivia seraya berlari kencang mencari taxi untuk pulang ke rumahnya.
~SKIP~
@Kamar Sivia
Sivia berbaring di atas ranjangnya, dia belum juga tertidur,
dia masih bergelut dengan gundah yg masih menguasai dirinya. Akhirnya ia
memutuskan untuk menumpahkan segalanya di buku diary ungu yg tergeletak diatas meja
belajarnya, “ini dari Alvin” gumamnya sambil memandangi buku itu, lalu
membukanya dan menuliskan sesuatu di dalamnya.
“Tuhan, aku tau aku bukanlah manusia sempurna. Aku hanya
manusia biasa yg penuh akan dosa, tapi apakah salah jika aku menyayangi seseorang
yg tak pernah menyayangiku? Salahkah jika aku menyayangi orang yg dulu menjadi
orang terpenting dalam hidupku? Apa aku tidak pantas untuk mendapat kasih
sayang? Tapi kini aku mulai berfikir, aku harus bisa merelakan dia bersama
orang yg ia sayangi. Tuhan, aku mohon buatlah dia selalu bahagia bersama
kekasihnya. Aku tak ingin sekalipun melihat dia menangis dan tak bahagia, aku
ingin melihat dia tersenyum sebelum aku pergi dari sisinya. Karena sebagian
semangat hidupku, adalah senyum darinya” ucap Sivia sambil menyeka air mata yg
tak sadar ia teteskan, kemudian ditutupnya buku diary tersebut.
“Via, ada Alvin tuh di luar” suara mama Via terdengar merdu
dari depan pintu kamarnya
“iya ma” jawab Sivia “ngapain Alvin kesini?” pikirnya dalam
hati. Sivia langsung keluar dari kamarnya dan bergegas menghampiri Alvin dengan
mata yg masih sedikit basah.
“Viaaa, thanks banget ya buat tadi siang. Elo pokoknya sahabat
gue paling the best deh” tiba-tiba Alvin memeluk Sivia, mungkin dia tak sadar
melakukannya. Sivia langsung melepaskan pelukan Alvin,
“sama-sama, hhe iyaiya” katanya sambil berusaha tersenyum
“eh lo nangis ya?” tanya Alvin heran setelah melihat mata
Sivia yg basah
“ah enggak kok, yaudah lo mau ngapain kesini?” Sivia berusaha
menutupinya
“gue mau ngajakin elo makan-makan, yah semacam PJ gitu.
Ngehehe, karena jasa elo gue bisa jadian sama Shilla” jelas Alvin, Sivia
menarik nafas panjang.
“iya gue siap kapan aja, emang kapan?” tanya Sivia berusaha
mengendalikan dirinya
“besok abis pulang sekolah ya, nggak ada acara kan?” tanya
Alvin lagi
* * *
Sivia bersama Alvin, juga Shilla. Makan bersama di sebuah
Caffe di depan sekolahnya, tentu saja Sivia sangat berat menjalaninya namun dia
berusaha untuk tidak mengecewakan Alvin. selesai mereka makan, Sivia merasakan
pusing, kemudian dia meraba kepalanya dan dia mendapati banyak rambut yg
rontok. Dia menyembunyikan agar Alvin ataupun Shilla tak melihatnya. Lalu,
“Vin, Shill, gue pulang duluan ya” pamit Sivia seraya
mengambil tasnya
“oh iya, ati-ati ya. Sorry gue nggak bisa nganter” kata Alvin
“biar gue temenin nyari taxi yuk Vi” tawar Shilla, kemudian
dia mengantarkan Sivia ke depan Caffe sampai Sivia mendapat sebuah taxi yg
mengantarnya pulang.
~SKIP~
“iya tadi gue abis makan sama mereka” jawab Sivia sambil
menempelkan HP.nya di telinga kanannya “nggak pa-pa lah, gue nggak mau
ngecewain Alvin. lagian gue kan nggakmau dia curiga, hehe. Nggak usah terlalu
di pikirin lagi Fy, gue emang sayang Alvin tapi nggak semestinya gue ngancurin
hubungan dia sama orang yg dia sayang kan? Yaudahlah, biar gue pendam aja rasa
ini, jangan sampe Alvin tau tentang rasa ini, pokoknya gue pengen secepetnya
ngebuang rasa ini, meskipun sulit banget Fy” telepon terputus, Ify yg berada di
ujung sana terkejut mengapa panggilannya dengan Sivia berakhir. HP Sivia
tergeletak di atas lantai, Sivia pingsan dengan darah yg keluar dari hidungnya,
“Viaa, Via, makan malem dulu yuk sama Mama Papa” teriak mama
Via dari luar kamar. Karena lama tidak dibukakan pintu, mama Via langsung masuk
dan mendapati anaknya pingsan.
~SKIP~
@Rumah Sakit
Sivia dibawa ke Rumah Sakit, mama Via panik dan langsung
membawanya kesana. Sivia sedang mendapat pertolongan dokter di ruang UGD.
Sementara itu, Ify bingung mengapa Sivia tidak lagi meneleponnya setelah
obrolan mereka putus. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah Sivia,
“Bi, Sivianya ada?” tanya Ify setelah sampai di rumah Sivia
“non Sivia dibawa ke Rumah Sakit non, tadi penyakitnya kambuh
lagi” jelas Bik Minah dengan wajah murung, Ify terkejut karena selama ini dia
tak tau bahwa Sivia memiliki suatu penyakit.
“ohiya, tadi sore setelah non Sivia pulang dari sekolah. Dia
nitip ini ke saya, saya disuruh ngasih ke non Ify. Kebetulan non Ify disini”
kata Bik Minah sambil menyerahkan buku diary Sivia. Ify bingung, sangat bingung.
Lalu dia mengucapkan terimakasih setelah mengambil buku diary Sivia dan segera
menuju Rumah Sakit dimana Sivia dirawat, tak lupa dia menelepon Alvin untuk
menyusulnya.
@Rumah Sakit
Mama dan Papa Sivia sedang menunaikan Shalat Isya, sedangkan
Ify menunggu Sivia dan duduk disampingnya. Dia menangis melihat sahabatnya
terbaring lemah dihadapannya, Ify teringat diary Sivia. Lalu dia membuka lembar
demi lembar dan membacanya. Diantara lembar yg dia baca, dia sempat berkata
“jadi sahabat kecil Alvin itu, Sivia bukan Shilla?” lalu dia membaca lembar
terakhir dari diary Sivia:
“Hari ini aku telah ditunjukan bahwa kita tak dapat tentang
cinta di luar sana. Cinta harus dijalani disini, di dunia. Begitu kita
meninggalkan dunia, maka sudah terlambat. Jadi, aku diberi hadiah kehidupan
sehingga aku bisa belajar hidup penuh cinta, di sini, saat ini. Dan aku ingin
berterimakasih kepada orang-orang yg udah mencintaiku, mama, papa, Ify dan
semuanya. Meskipun orang yg aku cintai tak pernah mengetahui keberadaanku disini,
aku disini yg sangat berharap padanya, namun aku bahagia karena telah melihat
dia bahagia bersama orang yg dia cintai. Aku tak ingin banyak, aku hanya ingin
dia melihatku. Namun, kenyataannya dia tak pernah sedikitpun melihatku disini,
menyakitkan memang. Aku masih sangat ingin hidup, Tuhan. Tapi, jika engkau akan
mengambilku, aku akan berusaha siap menghadapinya. Dengan segala dosa yg selama
ini aku perbuat, dengan rasa sayangku kepada mereka, dengan rasa ini, yg tak
pernah dia tau. Mungkin aku tak bahagia bersama orang yg aku cintai, namun aku
akan lebih bahagia jika melihatnya bahagia bersama orang yg dia cintai, dan aku
bahagia bersama orang-orang yg menyayangiku, Tuhan, terimakasih telah
mengirimkan mereka untukku. Dan jika aku benar-benar pergi meninggalkan dunia
ini, aku ingin dia selalu bahagia bersama pilihannya, aku tak pernah ingin
sekalipun melihatnya kecewa. aku akan bawa rasa ini, rasa yg tak pernah dia
tau, rasa yg aku rasakan sejak dulu, sampai saat ini. Dan dia adalah cinta
pertama dan terakhir untukku, mungkin hanya aku yg mencintainya, dicintai tanpa
dicintai, namun aku sudah cukup bahagia karena sebelum aku pergi, aku
melihatnya tersenyum bahagia bersama pilihannya. dan perlu dia tau, all
happines in my life because of you #A”
Ify tersenyum haru membacanya, kemudian Alvin masuk dan
menghampirinya
“Sivia kenapa Fy? Dia kenapa?” tanya Alvin terlihat khawatir
Ify belum menjawab pertanyaan dari Alvin, namun dia berdiri
dan berkata,
“Alvin, elo kenapa sih nggak pernah peka sama Sivia? Lo nggak
pernah ngertiin perasaan dia Vin, elo egois!” Ify ngomel-ngomel, Alvin
menggaruk kepalanya yg sama sekali tidak gatal
“elo malah lebih melihat Shilla, padahal Sivia Vin! Yg selama
ini berharap banyak dari elo, berawal dari sahabat kecil, tapi apa yg elo lakuin
sama dia?” lanjut Ify
“maksud lo Fy? Gue nggak ngerti, sahabat kecil gue bukan
Sivia, tapi Shilla” jelas Alvin
“lo salah Vin! Sahabat kecil lo itu Sivia, dia sahabat kecil
lo. Pemilik pita ungu itu” jelas Ify lagi
“tapi pita ungu itu sekarang ada di Shilla” jawab Alvin
kemudian
“iya emang ada di dia, tapi pemiliknya itu Sivia. Mama Shilla
sama Shilla emang nyelametin elo sama Sivia pas dulu kecelakaan, dan Shilla
make pita itu, karena dia masih kecil dan nggak ngerti apa-apa” jelas Ify “apa
sekarang lo akan masih berfikir kalo pemilik pita itu adalah shilla? Apa elo
akan tetep egois dan nggak merhatiin Via? Gue tau semuanya dari benda ini!”
sambung Ify seraya menyerahkan buku diary Sivia ke Alvin yg kemudian membacanya.
Alvin terdiam, sekelebat peristiwa memenuhi otaknya, Alvin memegang kepalanya
yg sedikit sakit. Tak lama, Alvin langsung menghampiri Sivia yg terbaring lemah
dan menggenggam tangannya,
“maafin gue Vi, gue salah, gue bodoh banget. Gue udah
nyia-nyia.in elo selama ini, maaf Vi” ucap Alvin seraya mempererat
genggamannya. Ify terdiam melihat itu, kemudian Sivia membuka matanya perlahan
“Via, elo sadar. Lo nggak pa-pa?” raut wajah Alvin berubah
senang. Sivia hanya menampakan sesungging senyum di ujung bibirnya yg pucat.
“Sivia, gue salah banget selama ini, gue mencintai orang yg
salah. Kenapa selama ini lo nggak pernah bilang sama gue? Kalo elo itu sahabat
kecil gue?” Alvin menggenggam erat tangan Sivia
“karena gue nggakmau ngerusak kebahagiaan elo sama Shilla”
jawabnya dengan suara sedikit parau
“tapi gue bahagia dengan orang yg salah, seharusnya itu elo
Vi” Alvin memandang Sivia sejenak
“dan sekarang, apa yg akan elo lakuin? Semua udah terlambat,
gue akan pergi ninggalin kalian semua” Sivia menatap Ify dan Alvin bergantian
“gue pengen elo bahagia Vin, sama orang yg elo sayangi” jelas Sivia lagi
“dan itu elo” Alvin kembali memandang Sivia dalam, ia
menemukan rasa bahagia yg mendalam di mata Sivia. “sekarang gue pengen nebus
semuanya sama elo Vi, elo mau apa? Gue pasti bakal kabulin apapun itu” lanjut
Alvin
“gue punya 2 permintaan, tapi gue takut elo ada acara sama
Shilla” kata Sivia lirih
“Oh god” batin Alvin “enggak kok, sekarang gue mau ngeluangin
waktu gue Cuma buat elo Vi. bahkan kalo boleh, gue akan kasih seluruh waktu gue
buat ngebahagiain elo” kata Alvin sambil tersenyum “yaudah, lo minta apa?”
katanya lagi
“gue minta sama lo, beri gue 30 menit terindah. 30 menit aja
Vin, lo bisa?” tanya Sivia
“apapun, satu tahuh terindah pun akan gue beri. Yaudah,
sekarang lo ikut gue ya” Alvin membantu Sivia duduk “Fy, tolong ambilin kursi
roda yg ada disitu dong, sorry ngerepotin Yo” kata Alvin lagi
“tadi Ify, sekarang Yo -_-” Ify misuh-misuh sambil mengambil
kursi roda dan membawanya mendekat ke Sivia
“kita mau kemana?” tanya Sivia polos, Alvin tidak menjawabnya.
* * *
Alvin mendorong kursi roda Sivia ke sebuah tempat yg tak jauh
dari rumah sakit tempat Sivia dirawat, Alvin berhenti mendorong kursi roda
Sivia, lalu menengok ke Sivia dan melihat wajah pucat Sivia,
“lo nggak pa-pa kan Vi?” Alvin khawatir dan memegang pipi
Sivia dengan kedua tangannya
“nggak kok Vin” jawabnya sambil tersenyum, dan itu membuat
Alvin sedikit tenang
“umm, Vi inget tempat itu nggak?” tanya Alvin seraya menunjuk
ke suatu pohon yg cukup rindang, tampaknya pohon itu sudah cukup tua, terdapat
ring basket yg sudah renta disana
“inget Vin inget, dulu kita kesitu kalo pulang dari TK kan?
Terus kita main basket disana” Sivia terlihat senang dan menyeloteh
“terus kalo lo kalah gue nyuruh lo buat ngegendong gue pulang”
Alvin tertawa mengingat itu, kemudian dia menoleh ke Sivia yg lagi manyun
“iya, lo jahat banget sih masa cewe gendong cowo? Udah gitu
kalo nyampe depan rumah, sama mama lo gue dibilang calon menantu segala” Sivia
membayangkan kejadian 10 tahun lalu
“coba aja mama gue sekarang masih ada, mungkin dia nyuruh gue
gendong calon menantunya gara-gara lo ngomong gitu tadi” ucap Alvin
“sebentar lagi gue mau nyusul mama elo kok, nanti gue sampein
rasa kangen elo ke beliau” kata Sivia sambil tersenyum, kemudian Alvin
menatapnya selama beberapa detik kemudian berjongkok di depan Sivia
“naik Vi” Alvin bersiap
“lo kan bilang gue berat” Sivia terlihat tidak yakin
“berat? Ini belum seberapa buat ngebales semua kesabaran elo
selama ini, dear” Alvin tersenyum hangat, Sivia pun naik ke punggung Alvin
Alvin menggendong Sivia mendekat ke pohon itu, sesampainya
disana, Alvin menurunkan Sivia dan mendudukannya di sampingnya
“eh harta karun kita dimana ya Vi?” tanya Alvin kemudian,
Sivia melihat sekeliling
“di salah satu sisi pohon ini Vin, tapi dimana?” Sivia
kebingungan
#flashback
off
Dua anak berseragam TK, terlihat mengorek-orek tanah di bawah
sebuah pohon rindang,
“ini akan Apin simpen disini, kalo kita udah gede, kita ambil
lagi ya Pia” kata anak laki-laki bermata sipit dan mulai mengubur sebuah benda
yg berkilau, sebuah liontin dengan bandul ditengahnya terdapat tulisan ‘ALVIA
NEVER DIE’
“iya Apin, kok dipendem sih?” tanya gadis yg bersamanya polos
“bial nggak ada yg ngambil, yg tau ini Cuma kita beldua.
Hihihi” kata anak laki-laki itu sambil terkekeh
“kok kita beldua aja yg tau? Isinya apa?” tanya-nya lagi,
karena gemas anak laki-laki itu mencubit pipi anak perempuan itu cukup keras
dan membuatnya sedikit kesakitan dan menangis sesenggukan
“maap Pia, abisan Apin gemes sih” tutur anak laki-laki itu
tulus, namun anak perempuan itu malah berlari ke arah wanita paruh baya yg
sedang duduk di suatu bangku tak jauh dari pohon itu
“loh kok Via nangis, Alvin ngapain kamu manis?” tanya wanita
itu
“Oma Lani, Apin jahat, masa Pia dicubit, kan sakit” adu anak
kecil itu
“aduh kok Alvin gitu ya? Alvinnn ayo sini coba oma bilangin”
panggil wanita itu, Alvin berlari ke arahnya, raut wajahnya sedikit takut
“kamu ngapain Sivia tadi? Kok dicubit?” tanya wanita yg
disebut Oma Lani itu
“Apin gemes sih sama Pia” ujarnya lugu
“gemes kenapa sayang?” tanya Oma Lani lembut
“Pia tadi cantik sih, Apin gemes jadinya” katanya yg kemudian
diikuti tawa Oma-nya
#falshback
on
“ini Vi, gue nemu” seru Alvin setelah mendapat sesuatu dari
tanah
“coba buka Vin isinya, gue dulu belum boleh liat isinya kan
sama elo” pinta Sivia, kemudian Alvin membuka lionti itu dan memberikannya ke
Sivia
“bagus banget Vin” gumamnya kemudian tersenyum ke arah Alvin
sambil menggenggam liontin itu
“Alvin?” lirih Sivia
“Iya?” jawab Alvin menoleh ke Sivia
“makasih buat 25 menit ini” katanya sambil tersenyum
“samasama Vi” jawab Alvin membalas dengan senyum lalu melihat
ke arah langit “eh ada bintang jatuh Vi, make a wish dong” kata Alvin kemudian
Sivia lalu menggenggam kedua tangannya dan memejamkan matanya lalu berkata dalam hatinya “Tuhan, aku hanya
ingin. Semoga jika nanti aku telah tiada, aku bisa merasakan kebahagiaan ini,
dan kebahagiaan itu jika Alvin bahagia bersama orang yg dia sayangi nanti”
“giliran gue ya Vi” kata Alvin bersemangat, Sivia mengangguk.
Lalu Alvin mengikuti apa yg dilakukan Sivia barusan, dan berkata dalam hatinya
“Tuhan, aku ingin waktu berhenti saat ini juga” Alvin kemudian membuka lagi
matanya
“kok bentar banget?” Sivia heran, Alvin Cuma nyengir lalu
memegang pergelangan tangan Sivia dan menyanyikan sebuah lagu,
“disini, kau dan aku, terbiasa bersama, menjalani kasih
sayang, disini surga kita” lalu dilanjutkan oleh Sivia sambil membalas
genggaman Alvin
“pernahkah, kau menguntai, hari paling indah, kuukir nama kita
berdua, bahagia ku denganmu” Alvin dan Sivia beradu pandang dan melanjutkan
lagu itu bersamaan sambil mempererat genggaman mereka
“bila kita mencintai yg lain, mungkinkah hati ini akan tegar,
sebisa mungkin tak akan pernah, sayangku akan hilang.If you love somebody could we be this strong,i willl fight to win, our love will conquer all,
wouldn’t risk my love even just one night, our love will stay in my heart.
My heart” mereka kemudian mengakhiri lagu itu
“thanks banget buat semuanya Vin, gue bahagia banget” tutur
Sivia tulus sambil menitikan air mata bahagianya, kemudian jemari Alvin
mengahpus itu dan berkata
“I love to be with you, and I always giving my heart to you,
today, tomorrow and forever dear” kata Alvin menatap mata Sivia, Sivia
mengalihkan pandangannya ke depan dan menyandarkan kepalanya di bahu Alvin
“dan perlu kamu tau Vin, all happines in my live because of
you” ucapnya, Alvin kemudian memegang kedua pipi Sivia mengenakan kedua
tangannya
“dan kamu harus tau, aku nggak akan nyari pengganti kamu. Aku
akan selalu sayang kamu, aku akan nyusul kamu secepetnya” katanya
“jangan Vin, masih banyak orang yg sayang kamu. Terutama
Shilla” kata Sivia sambil tersenyum
“tapi aku Cuma sayang kamu, aku dulu sayang dia karena aku
kira dia itu kamu” katanya *eh bentar kok jadi aku-kamu?._.*
“kamu nggakmau kan bikin 2 orang cewe kecewa lagi? Cukup aku
aja Alvin, jangan yg lain” ucap Sivia
“tapi..”
“aku mau kamu nggak nangis setelah aku pergi, kamu harus tetep
senyum ya? Aku paling suka ngeliat kamu senyum, jeleknya ilang” kata Sivia lagi
“pasti, buat kamu Vi” ucap Alvin pasti
“Alvin, doain aku ketemu mama kamu” Sivia memeluk Alvin erat,
Alvin membalasnya dengan hangat kemudian mengecup kepala Sivia berulang kali.
“Vi, pulang yuk?” tak ada jawaban dari Sivia “VIAAA” Alvin
melepas pelukannya dan melihat Sivia telah memejamkan matanya, Alvin melihat
jaket yg dikenakannya bersimbah darah, darah yg keluar dari hidung Sivia.
“selamat tinggal sayang” ucap Alvin sambil menarik Sivia lagi
ke dalam pelukannya, meneteskan air matanya sambil tersenyum.
“aku sayang kamu Vin” suara itu terngiang-ngiang di telinga
Alvin, Alvin pun membalas “aku nggak akan ngegantiin siapapun kamu disini”
katanya sambil memegang dadanya.
Saat kita sudah bisa memperoleh apa yg kita inginkan terutama
soal cinta, tidak ada arti lain lagi dalam hidup yg berarti untuk kita
perjuangkan lagi. Tidak ada harta benda atau impian yg egois selain berupaya
untuk mempertahankan dan membuatnya bahagia : )
~THE END~Gimana-gimana? Sorry if this post makes you boring. Maaf juga kalo gaksuka tokoh-tokohnya ya, ini cuma cerpen okay cu-ma cer-pen. See you!^^
0 komentar:
Posting Komentar