Kamis, 27 Juli 2017

AH SALAH JURUSAN! HARUS GIMANA NIH?

0 komentar

        Halo semuanya! Udah lama banget gak nulis lagi, karena memang jujur dulu blog ini saya buat karena ada suatu tugas yang mengharuskan siswanya membuat blog & menulis disana, which means saya gak bener-bener ingin menulis di blog ini (hehe curhat). Tapi, tidak ada salahnya juga saya mencoba menulis lagi disini. Kali ini saya hanya ingin mengeluarkan unek-unek, tadinya hanya unek-unek namun kemudian unek-unek ini memotivasi saya sendiri. Sebelumnya maaf ya kalo bahasanya campur-campur/ typo soalnya ini bikinnya pas mau tidur jadi maklumin ajaya (curhat lagi). Agak bingung juga mau pake aku/ saya/ gue(?) di tulisan ini tapi karena kali ini lumayan serius bahasannya jadi pake saya aja yaa oke. Emang sih agak basi ya karena udah lewat masa-masa tahun ajaran baru kemarin tapi gapapa lah ya. Btw, selamat buat yang diterima di Universitas/ Sekolah baru kalian! Sesuai dengan judulnya, saya ingin membahas tentang salah jurusan. Biasanya hal ini identik dengan bangku perkuliahan, namun sebenarnya ternyata dirasakan juga oleh para siswa SMA (saya mewawancarai beberapa teman saya yang dulu SMA dan ternyata salah jurusan ketika SMA). Rata-rata, salah jurusan seringkali merujuk pada "permintaan orang tua". Ya, memang begitu adanya. Saya pun pernah mengalaminya ketika lulus SMP, ketika itu saya sangat mendambakan SMA favorit di kota saya. Namanya juga anak SMP yang baru lulus, pasti ingin masuk ke SMA favorit agar membanggakan orang tua. Waktu itu saya dan sahabat saya Sabil ditemani ayahnya, kami menuju SMA favorit tersebut untuk mendaftarkan diri dan mengamati jurnal di hari itu. Dengan percaya diri, saya menaruh ijazah & SKHUN saya disana. Lalu sebagai pilihan kedua, kami menuju SMA yang menurut kami bagus juga di kota kami saat itu (Sabil akhirnya bersekolah di SMA ini hingga lulus). Setelah itu kami pulang ke rumah masing-masing dengan harapan semoga kami diterima di salah satu SMA tersebut & kembali berada dalam satu sekolah.
        Namun, sesampainya di rumah. Ibu saya mengatakannya lagi, ya, beliau ingin sekali saya bersekolah di SMK yang dia inginkan, begitu juga ayah saya. Disini saya sedih dan agak kesal juga, kenapa sih gak didukung aja keputusan anaknya? Kenapa saya dipaksa bersekolah di tempat yang sama sekali tidak saya inginkan? Menyebalkan sekali pasti jika kalian berada di posisi saya saat itu. Saya hanya diam saja, karena biar bagaimanapun, saya sangat menjunjung tinggi pesan "patuh & berbakti pada orang tua", dan itu memang sebuah keharusan yang perlu diingat oleh setiap anak. Saya memikirkan perkataan ibu & ayah saya, mengenai sekolah yang mereka inginkan tersebut. Saya tahu bahwa tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya, pasti yang mereka inginkan adalah hal yang baik. Itu pasti. Lalu saya caritahu informasi mengenai sekolah tersebut secara diam-diam, saya pikirkan hal ini sehari semalam dan saya melihat contoh orang-orang yang telah sukses melalui sekolah tersebut, di bidang tersebut pula. Keesokan paginya, saya mengatakan hal yang membuat orang tua saya terkejut, ya, saya akhirnya mau masuk ke sekolah yang mereka inginkan. Dalam fikiran saya saat itu adalah "yaudah jalanin aja lah". Lalu saya mengikuti tes di sekolah tersebut dan akhirnya saya diterima. Saya sedih karena harus berpisah dengan teman saya Sabil, sukses selalu ya billlll! Banyak hal yang saya dapatkan SMK ini, yang mungkin tidak akan saya dapatkan ketika seandainya saya bersekolah di tempat lain. Tentu saja saya bertemu dan memiliki teman baru, dan ternyata benar kata orang, masa SMK adalah saat dimana kita ingin selamanya disana, masa yang menyenangkan. Meskipun sebenarnya ini bersifat subjektif, namun kali ini saya setuju dengan pernyataan tadi. Hingga akhirnya saya lulus & dengan mantap saya melanjutkan ke universitas dengan bidang yang sama seperti di SMK saya sebelumnya. Sekarang, saya sudah melewati 2 semester di prodi yang saya pilih di universitas ini. Guess what? Saya sedikit merasa "kewalahan". Ya, meski saya sudah memiliki base dari SMK tentang bidang ini, namun di lapangan berbeda dengan apa yang saya ekspektasikan selama ini. Ibarat kata, di SMK saya hanya baru mengupas kulitnya saja dan isi buahnya akan saya dapat nikmati disini. 
        Pada intinya, menurut saya tidak pernah ada istilah salah jurusan. Semua jurusan adalah benar adanya, semua ilmu bermanfaat & tidak ada ilmu yang buruk. Hanya bagaimana kita mempelajari & memanfaatkannya saja. Jika memang telah "terlanjur" masuk ke suatu jurusan yang tidak kita inginkan, ya jalani saja, iklas & jalani. Karena Tuhan memberi sesuatu yang kita butuhkan, bukan sesuatu yang kita inginkan, kan? Jika memang jurusan ini tidak sesuai dengan passion/ bakat yang kita miliki, bukan berarti kita harus membenci & memusuhinya. Justru ini adalah suatu hal baru yang harus kita coba, disamping itu mengenai passion, kita bisa tetap menekuni passion kita selagi belajar di jurusan yang katanya salah ini. Sehingga kita yang sebenarnya diuntungkan, selain kita tetap masih bisa melakukan hobi/ bakat yang ada, kita juga mendapat ilmu & hal baru. Benar bukan? Oh iya, mengenai orang tua seperti yang saya katakan tadi. Ingat, kesuksesan kita juga tidak luput dari doa & restu dari orang tua. Jadi, setiap apapun yang kita lakukan, sudah sepantasnya kita mendengarkan nasehat & saran dari ayah ibu tercinta. Itu saja yang ingin saya sampaikan, dan saya hanya ingin berpesan. Tidak ada yang salah dari jurusan/ ilmu, yang salah adalah ego diri yang selalu ingin terpenuhi tanpa mempertimbangkan & mendengarkan suara dari luar diri kita sendiri. Buat kalian yang masih merasa salah jurusan, jangan mengeluh, nikmati & jalani, karena setiap waktu & langkah dalam hidup itu berharga. Jangan gunakan istilah "salah jurusan" ini sebagai alasan nilai-nilai kalian jelek, atau jadi tidak semangat sehingga waktu berharga kalian terbuang percuma untuk mengeluhkan hal ini. Cintai almamater yang telah kalian genggam, simpan itu baik-baik, dan jangan lupa bersyukur dengan apa yang telah kita capai. Saya bangga & bahagia, pernah & telah menjadi bagian kalian.